Kamis, 16 Desember 2010

adat istiadat jawa dibulan syuro

Boleh dibilang dibulan ini paling sangat beda diantara Bulan-bulan yang lain, banyak sekali Tradisi dan hal – hal yang (maaf) nyeleneh menurut pemahaman saya. Awalnya saya menganggap Hal semacam itu tak lain hanyalah sebuah Tradisi Budaya kita (Jawa) yang dari saya juga tidak begitu terlalu memperdulikannya dan bahkan sudah hal kewajaran asalkan tidak terlalu jauh melenceng dari Norma Agama atau Syariat.

Namun, entah kenapa beberapa hari terakhir ini saya kayaknya agak risih juga. Tradisi-tradisi yang awal mulanya gak begitu aku permasalahkan, kini membuatku agak jengkel gara-gara dibulan ini banyak hal yang aku temuin janggal, aneh atau (maaf) bahkan nyeleneh menurut pemahaman saya.

Mungkin lebih baiknya aku akan sedikit Share cerita dan pengalamanku dihari menjelang Bulan Muharrom Tahun ini.

Mulanya beberapa hari yang lalu menjelang Pergantian tahun Baru Hijriyah. kebetulan waktu itu atap rumahku rusak dan bocor, langsung saja aku panggil tukang untuk memperbaikinnya. Setelah pulang kerja ternyata hal yang seharusnya udah selesai diperbaiki itu tadi, Ee…….,malahan sama sekali belum disentuh. dengan agak jengkel akupun mengkonfirmasikan kepada pak Tukangnya tu tadi, kenapa pekerjaan semacam itu tidak segera diselesaikan (maklum, akhir-akhir ini kan sering hujan deras, jadi bisa dibayangkan kalau Hujan kayak gimana Rumahku jadinya dengan atap yang rusak dan bocor semacam itu). Kemudian Pak Tukang nya tadi memberi alasan yang menurutku agak gak masuk akal bahkan nyeleneh. bagaimana tidak, alasannya tu menurut Hitungan jawa hari itu (menjelang pergantian tahun) adalah jatuh pada weton kapitu yang dimana pada hari itu jika melakukan pekerjaan yang berhubungan diatas rumah/panjat memanjat akan disambar petir. Waduuw ……,Kok malah jadi kayak gini sih, ada acara sambar-menyambar segala. dan dia baru akan memperbaikinya esok harinya.

Akhirnya, dengan penuh kekecewaan aku terima saja alasannya pak tukang yang takut tersambar petir tu tadi :lol: dan selanjutnya, apa yang aku khawatirkan terjadi juga yaitu tepat pada malam harinya hujanpun turun dengan deras. yach….., rumahku serasa kayak Kolam lele. :cry: ya sudahlah aku terima saja nasibku ini, dan emang kayaknya sang pencipta lagi ingin bercanda denganku. :mrgreen:

Ternyata Penderitaanku Dibulan Muharrom gak berhenti disitu juga, tepat Hari Pertama Bulan Muharrom terpaksa aku harus menahan lapar seharian. penyebabnya bukan karena saya ikut-ikutan puasa, melainkan karena gak ada satupun penjual sayuran yang lewat dan semua para pedagang kebutuhan dapur pun juga tidak ada yang berjualan. So, Ibuku hari itu ya cuman masak nasi dengan lauk Mie Instan saja. sialnya lagi, saya gak boleh makan mie Instan ma pak dokter gara-gara gangguan Lambung yang kian akut. ya udah, seharian cuman makan Roti za. Huuft…..,sekedar mau makan saja susahnya kayak zaman penjajahan jepang gini. :(

Usut punya usut yang aku terima dari beberapa Orang yang aku tanyai kenapa pada hari itu banyak pedagang yang tidak jualan itu alasannya tak lain adalah demi menghormati Bulan Muharrom atau tahun baru Hijriyah ini mereka diharuskan tidak berjualan, karena menurut Mitos yang aku terima jika mereka nekat berjualan maka ditahun kedepannya akan menjadi sial. Woouw…..,sampe segitunya ya, seandainya seluruh pasar mempunyai pemikiran semacam itu gimana jadinya ????? hhe :lol:

dan satu hal lagi yang agak aneh nih, cuman dibulan inilah khususnya masyarakat Jawa melarang dan tidak mengadakan acara hajatan semacam pernikahan, khitanan bahkan membangun rumah. dan menurut keyakinan yang telah turun-menurun dan melekat di masyarakat bahwa bulan Muharrom ini adalah bulan yang keramat dan penuh bala (bencana). dan hal Inilah yang membuat masyarakat tidak punya nyali untuk mengadakan suatu acara terutama hajatan dan acara pernikahan. kalau kita mencoba berkiblat pada Agama hal inikan sudah jauh melenceng dari Syariat, jadi teringat kata Pak Ustadz dulu bahwasanya Rosululloh SAW pernah bersabda ” Janganlah kamu mencela waktu , karena Allah itu yang mengatur silih bergantinya waktu.” (HR. Muslim)

Dari tulisan saya diatas kita bisa mengetahui bahwasanya Masyarakat kita (jawa) masih banyak yang kurang paham tentang pemahaman Syariat islam.

Saya berpendapat demikian bukannya saya orang yang pandai akan pemahaman agama dan terlalu fanatik akan hal semacam itu. Namun, Disini yang saya inginkan hanyalah memperbaiki sesuatu yang tidak masuk akal menjadi masuk akal. dan mari kita bersama-sama memperbaiki hal itu menuju pemurnian aqidah islam yang sebenarnya.

Sejujurnya saya pun suka tradisi/budaya jawa contohnya mungkin “Bancaan” atau mungkin yang lebih kita kenal dengan nama Syukuran, yang kadang menurut beberapa orang dianggap Bid’ah (sesat) tapi menurut saya itu masih masuk akal secara Syariat. karena menurut pengamatan saya hal semacam itu bagus secara sosial kemasyarakatan, Karena dalam tradisi semacam itu kita bisa berbagi dengan sesama dan secara gak langsung itu dapat menambah rasa persaudaraan dan persatuan ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat. dan bukankah hal semacam itu dianjurkan dalam agama manapun.

1 komentar:

  1. mestiaku belum tau banyak tentang adat jawa secarah total namun aku termasuk pengagum adat istiadat jawa yang sangat dalam kandungan falsafah hidup menuju kebahagiaan dunia dan akhirat dengan mengedepankan moral dan etika dalam norma-norma jawa

    BalasHapus